Minggu, 30 Januari 2011

SMP Negeri 1 Kota Cirebon



1. ZAMAN PEMERINTAHAN HINDIA BELANDA ( 1925 - 1942 )

Menurut catatan yang dapat ditemukan Kepala Sekolah yang pertama kali menjabat dari tahun 1926 s/d 1037 berarti Sekolah ini dibangun pada Tahun 1925 dengan nama MULO.
Sekolah Menengah Pertama dengan bahasa pengantar bahasa Belanda pada waktu itu didirikan di atas sebidang tanah seluas 6.120 m2 lebih memiliki bangunan : Ruang BP, Ruang Tamu, Ruang Kepala Sekolah, Ruang Kantor, Ruang Kesenian/Gambar ( Sekarang dipakai kelas IX A ). Lima buah ruang kelas yang membujur dari Barat ke Timur ( Sekarang dipakai ruang kelas IX B. IX C, IX D, IX E, dan IX F ) lima ruang kelas yang membujur dari Utara ke Selatan ( Sekarang dipakai ruang kelas VIII A, VIII B: VIII C, VIII D, dan VII A ), Aula dan ruang penjaga sekolah ( Sekarang kantin ). Rumah Kepala Sekolah ( Sekarang dipakai rumah dinas Pemda ).

Adapun nama Kepala Sekolahnya berturut – turut :

1. Vander Mulen (1926 - 1937)
2. Agme (1937 - 1938)
3. Vander Berg (1938 - 1939)
4. Nona Wear (1939 - 1940)
5. De Yong (1940 - 1942)

2. ZAMAN PENDUDUKAN JEPANG ( 1942 – 1945 )

Bala Tentara Jepang datang ke Indonesia sangat cepat dibanding dugaan semula. Sekolah yang berbahasa pengantar bahasa Belanda itu secara serentak harus menggunakan pengantar bahasa Indonesia. Pada umumnya baik guru-guru maupun murid lebih mampu menggunakan pendapatnya dalam bahasa Belanda dari pada bahasa Indonesia yang walaupun sudah dicanangkan sejak tahun 1928 di Sekolah Dasar Vervola School ( Sekolah Lanjutan ) yang diajarkan adalah bahasa Melajoe Oemoem.
Guru dan murid sulit belajar bahasa Indonesia, Nippon-go ( Bahasa Jepang ). Taiso ( Senam dan kegiatan – kegiatan lain ).
Nama sekolah pun di-.Jepang kan dari M.U.L.O menjadi Chu Gakko.
( Chu = Tengah, Gakko - Sekolah )
Pada waktu itu yang menjadi Kepala Sekolah bernama Rd. Adjat Sudrajat. (1942-1945).
Alumni Chu Gakko inilah yang yang boleh dikatakan menjadi pelopor diadakannya Reuni. Reuni terakhir yang diadakan oleh angkaian Chu Gakko adalah pada 19 Juli 1992 di Wisma Maritim Jalan Tuparev Cirebon.

3. ZAMAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Nama SMP Negeri 1 Kota Cirebon

Pemerintah Jepang menyerah kepada Sekutu pada pertengahan Agustus 1945 dan pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia menjadi Negara Merdeka. Nama atau bahasa Jepang yang cepat diterima oleh rakyat dimasa itu cepat pula dilupakan.
Nama Chu Gakko diubah menjadi Sekolah Menengah Pertama ( SMP Negeri Cirebon ).
Nama SMP Negeri Cirebon bertahan selama sepuluh tahun ( 1945-1955 ). Pada tahun ajaran 1955 pemerintah Republik Indonesia mendirikan sebuah SMP Negeri lagi di Cirebon yang diberi nama SMP Negeri 2 Kota Cirebon dengan demikian sekolah kita menjadi SMP Negeri 1 Cirebon.
Tahun 1994 pemerintah memprogramkan wajib belajar 9 tahun, dengan demikian nama SMP perlu disesuaikan. Melaiui SK Mendikbud No. 034/0 : 97 tanggal 7 Maret 1997 nama SMP diubah menjadi SLTP.

2. Kepala Sekolah

Dalam kurun waktu 54 tahun ada dua belas Kepala Sekolah yang menjabat di SMP Negeri 1 Kota Cirebon, yakni :

1. Yuda Kusuma (1945 – 1946)
2. A. Pangabean (1946 – 1948)
3. Djuhaeni (1948 – 1950)
4. M.S. Dasoeki (1950 – 1967)
5. Slamet Rahardjo (1967 – 1976)
6. I. Hadi Soerojo (1976 – 1985)
7. Radiyanto (1985 – 1986)
8. Sulan Setiawan (1986 – 1987)
9. Ratma Suryana (1987 – 1988)
10. Rd. Suyamin Ilyas (1988 – 1997)
11. Sukim Marabunta (1997 – 2001)
12. Drs. Salmon (2001 – Feb 2007)
13. Drs. Tata Kurniasasmita, MM. (Feb 2007 – Des 2007)
14. H. Djaja Kartamihardja S, S. Pd. ( Des 2007 – 2009)
15. Drs. Tusman, M.Pd. (Januari 2009 - 2013)
16. Karnadi, S.Pd., M.Hum (2013 - Sekarang)

3. Perkembangan Fisik

Perluasan kesempatan belajar bagi rakyat Indonesia setelah Merdeka cukup pesat. Untuk mendapat gambaran betapa pesatnya perluasan kesempatan belajar itu kita dapat menyimak pertumbuhan SMP Negeri di Kota Cirebon.
Tahun 1925 Berdiri sekolah M.U.L.O. Tiga puluh tahun kemudian pemerintah mendirikan sebuah SMP ( SMP Negeri 2 ). Tahun 1960 berdiri SMP Negeri 3. Sampai dengan awal tahun 1980 ada tambahan SMP Negeri 4, 5 dan 6. Pada tahun ajaran 1996/1997 jumlah SMP Negeri ada 18 ( Jumlah SMP Negeri di Kota Cirebon ada 17, karena SMP Negeri 3 Cirebon masuk Kabupaten ) maka SMP yang berurut No. 18 menjadi SMP Negeri 3. Demikian pula dengan perkembangan fisik SMP Negeri 1 Kota Cirebon, Tahun demi tahun dituntut prasarana yang memadai.
Tahun 1950-1967 Mendapat tambahan lima buah ruang belajar dari Pemerintah ( Sekarang dipakai ruang kelas BP kelas VII F,VIIE, kelas VIIIE dan VIIIF dari POMG/1962 membangun panggung melengkapi Aula dan WC murid ).
Tahun 1967-1976 Mendapat tambahan ruang Lab. IPA dari Pemerintah.
Tahun 1976-1985 Dengan dana Pemerintah dibangun ruang keterampilan dan BP3 membangun 4 buah ruang kelas ( Sekarang kelas VIIB. VIIC ). Pembelian tanah seluas 970m2, pagar keliling, lapangan basket, mushola Mujahidin, ruang mencetak soal ( Sekarang Perpustakaan Masjid ) ruang Pramuka dan kantin.
Tahun 1988-1997 Pernerintah menambah ruang perpustakaan .Dari donatur/BP3 membeli 94 M2 tanah untuk perluasan Mushola / Masjid.
Dengan demikian pada saat ini SMP Negeri 1 Kota Cirebon mampu menampung siswa sebanyak 21 kelompok belajar. Kelas VII – 7 kelompok belajar, kelas VIII – 7 kelompok belajar dan kelas IX – 7 kelompok belajar.
Jumlah luas tanah yang dimiliki sesuai dengan sertifikat tanah No 26 tanggal 26 Juni I995 seluas 5.386 M2 + 970 M2 + 94 M2 = 6. 450 M2.
Keadaan bangunan SMP Negeri 1 Kota Cirebon sudah sangat parah, terutama bangunan yang dibuat Th I925-I975, kayu-kayunya sudah rapuh genteng-gentengnya berjatuhan.
Melalui SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0270/M/I996 bangunan tersebut diatas telah dinyatakan dihapus dari daftar inventaris sebagai kekayaan/milik negara. Selanjutnya melalui Pejabat lelang negara dengan Risalah Lelang No.365/1997-1998 Tgl. 23 September 1997 bangunan tersebut telah dilelangkan untuk kemudian diatas tanah bangunan tersebut akan dibangun kembali. Hasil pelelangan telah disetor oleh BP3 SMP Negeri 1 Kota Cirebon ke Kantor Lelang Negara Bandung dengan kwitansi No. KV/-141/RL 365/1/197-98.
Tahun 1998 – 1999 Untuk mengatasi kebutuhan yang sangat mendesak. SLTP Negeri 1 Cirebon mendapat bantuan dari dana OPF untuk tambal sulam atap bangunan bagian depan ( R. kelas VII F dan seluas 400 m2. Kemudian dari dana DBO mandapat 4 ruang kelas yang dibangun menggantikan R. kelas VII B dan 2 ruang keterampilan , dibangun bertingkat 2 ruang di bawah dan di atas.

Tahun 2002/2003 Sedang dibangun lagi, bangunan bertihgkat menggantikan ruang kelas VII E dan ruang stensil : Ruang bawah untuk kelas VII E dan Ruang BKdan ruang atas untuk kelas VII F dan Ruang komputer. SLTP Negeri 1 Kota Cirebon mampu menampung siswa sebanyak 19 kelompok belajar. Kelas VII = 7 kelompok belajar, Kelas VIII = 6 kelompok belajar, Kelas IX = 6 kelompok belajar.
Tahun 2003/2004 SLTP Negeri 1 Kota Cirebon menampung 20 rombongan belajar. Kelas VII = 7 rombongan belajar, Kelas VIII = 7 rombongan belajar dan kelas IX = 6 rombongan belajar. Ruang Kelas VII G menempati ruang atas di sebelah Lab. Komputer. Ruang keterampilan belakang dan sanggar Pramuka dibongkar. Dibangun 2 ruang bertingkat berkat bantuan dana dari Pemerintah Kota Cirebon. Ruang kelas VII G dipindahkan dan ruangannya dijadikan ruang Lab. Bahasa.
Bulan Mei 2003 Ruang Keterampilan dan Sanggar Pramuka dibongkar dibangun bertingkat 2 ruang di bawah dan 2 ruang di atas, bantuan dari Pemda. Ruang bawah untuk kelas VIII E dan VIII F. Ruang atas kelas VIII G dan cadangan ruang kesenian. Sejak tanggal 1 Januari 2004 terjadi perubahan Nomenklatur dari SLTP Negeri 1 Cirebon berubah menjadi SMP Negeri 1 Kota Cirebon.
Tahun 2004/2005 SMP Negeri 1 Kota Cirebon menampung siswa sebanyak 21 rombongan belajar. Kelas VII = 7 rombongan belajar, Kelas VIII = 7 rombongan belajar, Kelas IX = 7
Tahun 2005/2006 Ruang Kantin : dibongkar. Melalui dana bantuan 3 RKB dari Provinsi dibangun :

1. Gedung tingkat digabung dengan ruang VIII F. Lantai bawah digunakan untuk Sanggar Pramuka. Lantai atas sementara masih belum dimanfaatkan.
2. Ruang Loratorium IPAdirehab, digabung dengan Ruang Perpustakaan, sehingga luas Ruang Laboratorium menjadi 14 x 8,7 M. Untuk sementara kantin menggunakan tempat di sebelah Ruang IX F.
3. Ruang guru dibongkar melalui dana BlokGrant dibangun Lab. Bahasa Indonesia.
Tahun 2006/2007 Membeli sebidang tanah seluas 120 M2 melalui dana dari Komite Sekolah dan di bangun Perpustakaan serta Lab. Komputer dengan dana dari LPMP Pusat Jakarta.

0 komentar:

Posting Komentar